Senin, 15 Februari 2016

Ragu Melagu

Maju-mundur.
Sekali lagi, langkahku maju-mundur.
Terbentang harapan di depan mataku, pula terlukis pemandangan di belakangku yang memang menyesakkan, namun indah. Langkahku terus lurus maju, namun pandanganku ke belakang. Sesekali pandanganku berbalik ke depan, tapi malah langkahku yang mundur. Aku sudah bertekad meluruskan semuanya, tapi segala tentangmu menghujam habis segala usahaku untuk beralih. Tidak dengan dirimu, namun kenangan tentang kita. Ketika aku tersenyum melihatmu tersenyum semanis coklat batang yang kau kirim malam itu. Kenangan ketika tangan jahil teman-temanku mendekatkanku kepadamu, lalu rona malu menyemburat di urat pipi kita.
Aku tetap mencintaimu, meski aku tau kamu pencuri. Pencuri hatiku seutuhnya, juga pencuri pandang tiap kita tak sengaja berpapasan.
Aku sudah berusaha melupakanmu, meninggalkan segala lembab dan lengketnya bekas air mataku. Sudah banyak pijakan yang aku singgahi sebentar, namun kau selalu muncul di sela perjalanan bahagiaku itu. Kamu memang tak tahu tempat. Datang untuk membahagiakan, pergi untuk melukai.
Dan...
Aduh, aku mundur lagi!