Jumat, 10 Oktober 2014

Tuhan, Aku Ingin Dia!

Jujur, aku berharap semua yang dulu telah terjadi kini terulang. Di saat kita selalu meneba. Namun apa yang aku dapatkan jauh menentang. Aku mendapat ketidakpedulianmu. Aku mendapat kesunyian kata-katamu. Seluruh ragaku tak pernah mengerti maksud hatimu.
Aku ingin menjadi yang terbaik untukmu. Aku selalu ingin membuat lengkungan itu tersungging lagi di bibirmu. Aku selalu ingin menerkam jemari tanganmu. Aku ingin kita bersama kembali. Aku ingin tak ada lagi jarak kebencian terbentang antara kita Satu inci pun aku tak ingin.
Tapi aku sadar, ingin, tak harus menjadi nyata.

Hai, Selamat Bertemu Lagi!

Kenangan itu, kenangan yang kini menjelma layaknya butiran rindu. Cukup lama aku menyimpan itu dalam-dalam hingga hampir tak terraba. Namun apa daya? Kau nyatanya muncul tanpa dapat aku cegah. Seluruh awan meruntuh, menimpa lubuk kotak rindu yang mencuat. Seiring berjalannya waktu, rindu itu semakin melonjak, menuntutku untuk selalu ingin kembali bersamamu. Berulang kali mencoba lupa, namun nyatanya malah aku susah lupa.
Kau telah merangkul hati baru, meninggalkan serpihan rinduku yang pecah. Mencairkan gumpalan air di teropong hidupku. Menyempitkan saluran pernafasanku, hingga aku tak sanggup lagi berucap.
Inilah kesakitan yang kurasa.
Namun aku tak bisa memungkiri, kita memang, dan benar-benar bertemu lagi di sini.